Senin, 06 Juli 2020

Antara Manhaj dan Mazhab

Manhaj berbeda dengan madzhab. Madzhab berada pada furu' (cabang) yang biasanya berada pada masalah fiqh. Sedangkan manhaj adalah ushulnya (pokok), dan ini berkaitan dengan aqidah. Aqidah kita tidak boleh berbeda dengan Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam. Semua 4 imam madzhab bermanhaj Ahlussunnah. 

Adapun tentang Manhaj Salaf, Manhaj itu cara beragama dan Salaf itu orang terdahulu, yang secara syariat adalah Sahabat, Tabiin dan Tabiut tabiin. Mereka para salaf, ahlussunnah kan? Pasti! Bukankah kita harus berjalan di atas jalan mereka? 

Sekali lagi, ini berbicara tentang Ushul (pokok) nya. Dalam masalah khilafiyah kita lebih berlapang dada, toh para imam madzhab memiliki ushul yang sama.
1. Bagaimana kita bisa tahu kita berada pada Aqidah Ahlussunnah jika kita tidak mengetahui aqidah-aqidah yang menyimpang (Khawarij, mu'tazilah, Syi'ah, Qodariah, Jabariyah dsb)?
2. Bagaimana kita bisa berada pada Tauhid yang benar, jika kita tidak tahu kesyirikan apa yang harus kita jauhi? 
3. Bagaimana kita bisa tegak di atas Sunnah jika kita tidak tahu macam-macam bid'ah?
4. Bagaimana kita bisa tegak disini, jika kita tidak tahu bahwa yang kita amalkan ternyata aqidah firqah yang sesat? 

Lagi-lagi kunci utamanya tidak lain adalah ILMU. Dan carilah ilmu dari ustadz yang berada pada Jalan para Salaf (Sahabat, Tabiin dan Tabiut tabiin). Coba sesekali dengarkan kajian dari mereka, barangkali nanti jatuh cinta. 

Senin, 04 Juli 2016

5 Juli 2016


4 juli 2016, Bimbang, gundah. Mungkin sebuah rasa yang dapat sedikit menggambarkannya. Entahlah apa penyebabnya, meskipun hati ini bersama raga dimiliki sendiri, namun diri sendiri pun tak tahu apa inginnya. Disini saya berpikir, bahwa ada sang pemilik hakiki yang memilikinya. Mungkin Dia yang sebenarnya merasakan atau ingin menyampaikan sesuatu untuk jiwa ini, jiwa miliknya. Yang terbaik.
Dengan ditemani sholat Isha, Malam, dan Subuh yang berdekatan serta lantunan ayat suci Al-quran, air mata mengalir deras tanpa tahu sebabnya. Di tengah sholat sebuah perasaan tiba-tiba memuncak, semua rasa bersatu. hingga akhirnya keluar sebagai sebuah tangisan yang tak dapat lagi ditahan. Entah apa. Entah apa alasannya. Mungkin semua rasa bersatu di dalamnya, hingga tak dapat diuraikan satu persatu. Tak pernah sebelumnya di hari kelahiran mengalami hal demikian. 21, menjadi sebuah awal kedewasaan. Semua dosa yang telah diperbuat, -Astagfirullahaladziim-. Semua pemberian yang jika dihitung satu persatu tak dapat terhitung. -Alhamdulillahirabbil’alamiin-. Meskipun kata istigfar dan rasa syukur masih jauh dari kata cukup untuk membalasnya. Semoga di usia ini menjadi sebuah kehidupan baru yang lebih baik dan banyak bermanfaat bagi banyak orang. Semoga kebaikan berjalan mengiringi. Aamiin.
Selasa, 05 Juli 2016 – 5:51 WIB



RAS

Minggu, 27 September 2015

Alas Purwo, Surga Bumi di Ujung Timur Pulau Jawa (Edisi: Penangkaran Penyu, Pantai Ngagelan)

Kemampuan ingatan yang dianugerahkan oleh-Nya, lebih dari cukup untuk mengingat dan mengenang setiap goresan cerita dalam lembaran kehidupan. Alat indra yang di anugerahkan-Nya pun tak ada yang dapat menandinginya. Namun, terkadang dengan berjalannya waktu ingatan itu lambat laun menghilang dan menyisakan kenangan yang paling terkenang, sedangkan hal kecil lainnya hilang bersama waktu. Teringat sebuah kutipan dalam sebuah buku biografi “yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan teringat”. Semoga kenangan yang diciptakan kemarin, dengan adanya tulisan ini dapat selalu teringat akan setiap hal yang mengiringinya. Tidak begitu saja menguap. Untuk ilmu, untuk senyuman, untuk cerita, dan untuk kenangan yang semoga akan selalu teringat di hari esok nanti.
Bermula dari usulan seorang teman yang memberitahukan suatu tempat, Taman Nasional di pulau Jawa. Pulau yang terkenal dengan penduduknya yang sangat padat, menyebabkan banyak pusat kegiatan manusia. tidak hanya itu, pulau Jawa ini juga memiliki banyak gunung api yang menyebabkan tanah di pulau Jawa ini sangat subur, dan selanjutnya berdampak akan terbentuknya berbagai bentang alam yang dapat memanjakan dan memuaskan setiap orang yang mengunjunginya. Kami yang tinggal di Kota Bandung, yang sejatinya sebuah kota yang diciptakan Tuhan ketika Dia tersenyum, berada di bagian barat pulau Jawa dengan segala hal yang sangat luar biasa, baik itu bentang alam, kuliner, hingga iklim yang begitu memanjakan dan membuat betah setiap orang yang tinggal maupun berkunjung ke kota ini. Haaah kita tinggalkan dulu cerita Bandung yang begitu menyenangkan.
Kembali pada cerita awal, sebuah tempat yang menjadi usulan untuk dikaji pada KKL Tahap 2 ini dapat dikatakan tidak mempunyai begitu banyak perbedaan jika dilihat dari unsur-unsur fisiknya dengan berbagai daerah di pulau Jawa. Mungkin begitulah persepsi awal dari sebagian kami. Namun di sisi lain, entah mengapa tempat tersebut terasa sangat istimewa. Berada di ujung timur pulau Jawa, sepertinya salah satu hal yang membuat kami merasakan keistimewaan tersebut. Dengan banyak perdebatan yang mengiringinya, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur akhirnya menjadi sebuah keputusan untuk dapat mengeksplorasinya pada Kuliah Kerja Lapangan Tahap 2 ini.
Hal pertama ketika mencari informasi mengenai Taman Nasional Alas Purwo adalah misteri dan mitos yang sangat begitu kental, sehingga hal demikian menimbulkan sedikit banyaknya keraguan. Namun, pada akhirnya rasa penasaran akan ilmu dan keindahan alam yang ada di dalamnya mengalahkan perasaan takut yang hadir. Di sisi lain, Taman Nasional Alas Purwo ini memiliki banyak objek kajian yang sejalan dengan tujuan dalam KKL Tahap 2 ini, dimana pada KKL Tahap 2 ini diwajibkan untuk dapat mengkomparasi berbagai fenomena geosfer. Dan pada kesempatan ini, kami memilih untuk mengkomparasi jenis ekosistem. Dan di Taman Nasional Alas Purwo ini, setidaknya ada 4 jenis ekosistem diantaranya ekosistem pantai, ekosistem sabana, ekosistem Hutan hujan tropis, dan ekosistem hutan mangrove. Dengan menggunakan bis, jarak sekitar 971 Km dari Bandung ke Taman Nasionanl Alas Purwo, Banyuwangi Selatan memakan waktu lebih dari 30 jam perjalanan dengan menyusuri jalur pantai selatan.
objek yang dikaji sangatlah beragam. Namun diantara banyak objek tersebut, salah satu hal yang menarik di Taman Nasional Alas Purwo ini adalah penangkaran penyu di pantai Ngagelan. Berjarak sekitar 7 km dari lokasi penginapan, pantai Ngagelan yang dijadikan sebagai tempat penangkaran penyu ini ditempuh dengan menggunakan mobil jeep, kendaraan lokal setempat dengan waktu kurang lebih 30 menit. Kondisi jalan yang ditempuh merupakan jalanan tanah yang sudah terbiasa dilewati untuk kendaraan. Sisi kanan kiri dari jalan tersebut ditumbuhi dengan hutan heterogen yang sangat rapat dan masih sangat alami, sehingga selama perjalanan tidak jarang dapat ditemukan berbagai jenis fauna yang ada di hutan tersebut.
Bermula pada tahun 1986, kesadaran akan pentingnya regenerasi dan kelestarian terhadap penyu mulai timbul, yang pada akhirnya dibuatlah sebuah penangkaran penyu di kawasan Taman Nasional Alas Purwo. penangkaran penyu di pantai Ngagelan ini bersifat semi alami. Terdapat 4 jenis penyu dari total 6 jenis penyu yang ada di Indonesia, yaitu Penyu Lekang / Abu-abu (Lepidochelys Olivaceae), Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys Coreacea), dan Penyu Hijau (Chelonia Mydas).
Ketika tiba musim penyu bertelur, yaitu pada bulan Maret April dan berpuncak pada bulan Juni Juli, petugas yang berjumlah 6 orang ( 4 PNS dan 2 pekerja dari masyarakat) menyusuri pantai sepanjang 18 km setiap malam untuk mencari telur-telur penyu, termasuk di dalamnya Pantai Pancur, Pantai Triangulasi, Pantai Parang Ireng dan tentu saja Pantai Ngagelan sebagai pusat dari penangkaran penyu. Para petugas mengamankan dan melindungi keberlangsungan hidup penyu dari biawak sebagai predotor utama dan hewan lainnya. Selain dari predator hewan, tidak sedikit masyarakat sekitar yang masih kurang peduli terhadap kelestarian penyu, mengambil telur-telur penyu untuk diperjualbelikan sebagai tambahan untuk kebutuhan ekonomi mereka.
Dengan bantuan senter dan tongkat, para petugas berjalan menyusuri pantai mencari jejak-jejak penyu dan gundukan pasir. Penyu-penyu tersebut bertelur di pasir yang tidak terkena oleh gelombang air laut. Suatu hal yang unik dari induk tukik adalah dengan membuat penyamaran pada lubang tempat telur penyu berada. Gundukan-gundukan pasir yang disangka sebagai tempat telur penyu ternyata hanyalah sebagai tipuan semata, tempat sebenarnya dari telur penyu berada tidak jauh dari gundukan pasir. Hal tersebut mungkin dijadikan sebagai perlindungan seorang induk untuk menjaga keturunannya dari predator. Tongkat yang dibawa oleh para petugas kemudian dijadikan sebagai alat penusuk pasir, biasanya pasir yang ada telur penyu lebih empuk jika dibandingkan dengan pasir yang tidak ada telur penyu, namun dengan resiko 3 4 telur pecah akibat dari tongkat yang ditancapkan tersebut. Pada kedalaman sekitar 60 cm, telur-telur dari Penyu Sisik, Hijau, dan Abu-abu sudah dapat ditemukan. Sedangkan untuk telur Penyu Belimbing biasanya ditemukan pada kedalaman sekitar 1 meter dan khusus berada pada pantai pasir putih. Sehingga hal demikian menjadikan penangkaran Penyu Belimbing lebih sulit jika dibandingkan dengan penyu lainnya, meskipun pada awal-awal tahun penangkaran telur Penyu Belimbing lebih banyak ditemukan. Suatu situasi yang harus dipikirkan dan dicari solusinya. Dengan kenyataan demikian, dapat diduga bahwa keberadaan Penyu Belimbing mungkin semakin berkurang seiring berjalannya waktu.
Pada usia sekitar 20 tahun, penyu mulai bertelur dan terus berlangsung sampai akhir hayatnya yang bisa sampai ratusan tahun. Dalam satu kali musim, Penyu Abu-abu, Sisik, dan Hijau bertelur dalam 3 tahap. Pada tahap pertama biasanya menghasilkan telur 130 160, pada tahap kedua 80 90 telur, dan pada tahap ketiga lebih sedikit lagi yaitu sekitar 50 telur. Berbeda dengan ketiga jenis penyu tersebut, penyu jenis Belimbing bertelur 7 tahap dalam satu musim, namun jumlah dari telurnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan Penyu Abu-abu, Sisik, dan Hijau. Hal unik lainnya dari penyu adalah ketika penyu bertelur di suatu pantai, maka suatu saat nanti anak-anak dari penyu tersebut akan kembali ke pantai tersebut untuk bertelur di pantai tempat mereka dilahirkan.
Setelah petugas menemukan telur-telur penyu, selanjutnya telur penyu disimpan pada sebuah wadah yang ditutupi dengan pasir pantai dengan pengaturan suhu 29 31oC untuk mencapai titik optimal dalam penetasan telur penyu. Namun pengaturan suhu tersebut masih dirasa kurang optimal karena belum sepenuhnya menggunakan teknologi untuk mengatur dan menstabilkan suhu yang diperlukan. Sehingga hal demikian menjadi salah satu kendala dalam penetasan telur, yang normalnya menetas dalam waktu 40 hari, dapat melebihi dari jangka waktu tersebut. Karena kendala suhu dan pergantian pasir yang dilakukan satu kali selama satu musim, untuk tahun 2014 hanya 82,7% telur-telur penyu dapat menetas dengan sempurna. 26,3% lainnya tidak berhasil keluar dari cangkang telurnya untuk melihat dunia luar dan hidup dengan saudara-saudaranya.
Tukik-tukik yang telah menetas selanjutnya dipindahkan ke dalam sebuah kolam berukuran 2x1 meter dengan pergantian air laut dilakukan satu kali dalam sehari selama 3 4 bulan sampai para tukik tersebut siap untuk dilepaskan ke lautan lepas. daging ikan yang telah dicincang halus diberikan sebagai pakan dengan takaran seperempat dari berat badannya setiap pagi. Dalam kurun waktu 3 bulan, tukik-tukik tersebut bertambah panjang tubuhnya sepanjang 3 cm. Karena dalam waktu 1 bulan, biasanya tukik bertambah panjang 1 cm.

Setiap tukik di penangkaran ini ditandai dengan memberikan huruf ID (Indonesia) di setiap lengannya dan kemudian dilepas untuk siap bebas, mencari makanan sendiri, dan menjaga dirinya sendiri dari predator-predator yang mungkin lebih ganas di alam lepas. Selamat berjuang dalam kehidupan nyata tukik-tukik pejuang, lari dan berlindunglah jika ada mereka yang ingin menangkap dan memangsamu, jangan biarkan hidupmu hilang di cengkramannya. Karena disini, di pantai ini, kami menunggumu kembali. Untuk memberikan kehidupan baru bagi keturunanmu, untuk ekosistem ini, dan juga untuk anak cucu kami agar dapat melihat dan mengenal keindahan akan keluguan dan kecerdikanmu. 

Mitigasi Patahan Lembang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak pada zona tumbukan tiga lempeng, lempeng pasifik, eurasia, dan Indo-Australia. Hal tersebut menganugerahkan Indonesia dengan jajaran gunungapi di sepanjang pulau di Indonesia, sehingga geodiversitasnya dan tingkat kesuburannya pun semakin tinggi. Namun di sisi lain, tingkat kebencanaan yang kemungkinan terjadi di Indonesia akan tinggi pula. Selain bencana gunungapi yang mengancam bumi Indonesia, gempa bumi dengan berbagai tingkatan skala dimungkinkan akan terjadi di wilayah Indonesia.
Bandung, berada di daerah dataran tinggi di bagian barat pulau Jawa tidak terlepas dari ancaman bencana gempa bumi dan gunung api. Salah satu patahan yang terdapat di Bandung adalah patahan lembang, membentang sepanjang 24 km di utara Bandung menjadikan wilayah lembang khususnya, dan Bandung pada umumnya memiliki keterancaman terhadap gempa bumi yang relatif tinggi. Di sisi lain, tanah Bandung dengan bekas endapan danau purba Bandung memiliki tingkat perambatan yang tinggi pula, sehingga jika terjadi gempa bumi, maka perambatan yang terjadi di bawah permukaan tanah Bandung akan semakin cepat dan dengan cepat pula menghancurkan bangunan-bangunan di daerah Bandung. Membelok ke arah barat daya, patahan lembang menyambung dengan patahan Cimandiri. Hal tersebut mengakibatkan, jika terjadi guncangan gempa di wilayah Saguling maka daerah Bandung pun akan terkena imbasnya.




Gunung batu, sebuah bukit yang terbentuk dari leleran lava dari gunungapi purba merupakan salah satu tempat yang sangat baik untuk dijadikan sebagai tempat geowisata dan kegiatan pembelajaran lapangan. Jika kita berada di gunung batu ini, sesungguhnya kita berada pada jalur patahan lembang. Dari puncak tempat ini pula, melihat ke arah utara, arah Gunung Tangkubanparahu dapat terlihat dengan jelas patahan lembang, garis lurus dari barat ke timur. Patahan Lembang ini masih aktif bergeser, dengan penurunan patahan sebesar 6 cm/tahun atau 0,16 mm/hari. Pemantauan pergerakan sesar tersebut di catat oleh seismograf yang dibangun oleh Badan Geologi di puncak dari gunung batu tersebut.


Melihat angka pergerakan patahan yang hanya 0,16 mm/hari. Sudah pasti penduduk setempat tidak akan merasakan pergerakan patahan tersebut. Namun jika suatu waktu terakumulasi dan menyebabkan gempa bumi, bukan hanya daerah Lembang yang akan terkena dampak dari gempa tersebut, namun daerah Bandung secara keseluruhan pun akan terasa dampaknya juga. Seperti pada gempa yang terjadi sekitar dua tahun yang lalu, gempa muril, gempa dengan kekuatan 3,2 SR mengguncang daerah lembang, Kampung Muril menjadi kampung yang sangat merasakan akibat dari gempa tersebut. Karena gempa 3,2 SR tersebut, sebuah rumah luluh lantah rata dengan tanah. Bayangkan, jika gempa dengan skala 6,7 (sebagai kekauatan maksimal gempa di patahan lembang) mengguncang tanah sangkuriang. Bukan hanya lembang sebagai pusat wilayah patahannya, namun Kota Bandung dengan bangunan-bangunan pencakar langitnya akan terkena dampak dari guncangan gempa tersebut.
Oleh karena itu, sangat diperlukan mitigasi untuk meminimalisir dari dampak gempa yang terjadi. Sosialisasi terhadap warga di daerah patahan lembang khususnya, dan Bandung pada umumnya sangat diperlukan, demi kenyamanan dan keamanan bersama. Sosialisasi mitigasi juga sangat diperlukan terhadap pelajar-pelajar di setiap sekolah di wilayah Bandung, selain itu kontruksi bangunan rumah ataupun bangunan lainnya seharusnya dipersiapkan untuk kontruksi tahan gempa. Hal sederhananya rangka dasar rumah seharusnya dibuat menyilang, sehingga ketika terjadi gempa, rangka silang tersebut akan menahan guncangan gempaa yang terjadi. Hal-hal demikian akan sangat membantu. Jika suatu saat terjadi gempa, maka semua pihak, baik itu pemerintah, penduduk, maupun pemilik-pemilik dunia usaha di wilayah Bandung sudah siap dan siaga jika terjadi gempa. Sehingga dampak dari gempa tersebut dapat diminimalkan.

Senin, 08 September 2014

Kampung Dukuh

Merupakan salah satu dari sekian banyak kampung adat di Jawa Barat yang masih menjaga nilai- nilai tradisi dan memiliki keunikan tersendiri.Kampung Dukuh berada di kawasan Desa Cijambe dan Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut.Secara Geografis Kampung Dukuh berada pada 107o41’762” BT dan 07o33’80” LSpada ketinggian kurang lebih 390 mdpl. Kampung Dukuh memiliki Luas wilayah keseluruhan kurang lebih 10 hektar yang tediri dari 7 hektar bagian dari Kampung Dukuh Luar, 1 hektar bagian dari Kampung Dukuh Dalam dan sisanya merupakan lahan kosong atau lahan produksi.
            Dari Ibukota Kabupaten Garut, Kampung Dukuh berjarak sekitar 101 km dengan waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan. Kami menggunakan kendaraan khusus berupa mobil bak dari basecamp menuju lokasi namun kendaraan hanya berhenti sampai Pamanekan yaitu persimpangan menuju Kampung Dukuh.Dari situ kami melanjutkan dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh sekitar 500 meter.Adapun jika ingin menggunakan kendaraan umum dapat turun sampai Cikelet, lalu berganti kendaraan umum menuju Cijambe.Lalu dari pertigaan Cijambe menuju Kampun Dukuh dapat ditempuh dengan jarak 9 km dengan jalan kaki atau naik ojeg.
            Kampung Dukuh memiliki ciri khas berupa keseragaman struktur dan bentuk arsitektur bangunan pemukiman masyarakat.Terdiri beberapa puluh rumah yang tersusun pada kemiringan tanah yang bertingkat.Setiap tingkatan terdapat sederetan rumah yang membujur dari Barat ke Timur.
Upacara Moros salah satu manisfestasi masyarakat Kampung Dukuh yaitu memberikan hasil pertanian kepada pemerintah menjelang Idul Fitri dan Idul Adha.Ciri khas lainnya tidak terpengaruh/tergoyahkan oleh kemajuan zaman, seolah-olah tidak mengenal perkembangan ilmu dan teknologi. 
Kampung Dukuh merupakan area pedesaan dengan pola budaya religi yang kuat. Masyarakat Kampung Dukuh mempunyai cara pandang hidup yang berlandas pada sufisme dengan berpedoman pada Mazhab Imam Syafii. Landasan budaya tersebut berpengaruh pada bentukan fisik pedesaan tersebut dan adat istiadat masyarakat Kampung Dukuh. Kampung Dukuh sangat menjunjung keharmonisan dan keselarasan hidup bermasyarakat..Idealisme itu berpengaruh kepada bentukan bangunan di KampungDukuh yang tidak membolehkan penggunaan dinding dari tembok dan atap dari genteng serta jendela dari kaca. Hal ini dilandasi alasan bahwa hal yang bersifat kemewahan akan mengakibatkan suatu system masyarakat menjadi tidak harmonis. Di Kampung Dukuh juga tidak diperkenankan adanya prasarana listrik dan pemasangan televise serta radio yang dipercaya selain mendatangkan manfaat yang banyak juga mendatangkan kemudaratan yang tinggi juga. Alat makan yang digunakan juga terbuat dari pepohonan seperti khalayaknya bangunan, seperti bambu, batok kelapa dan kayu lainnya.Material tersebut dipercaya lebih memberikan manfaat ekonomis dan kesehatan karena bahan tersebut tidak mudah hancur/ pecah dan dapat menyerap kotoran. (dikutip dari http://pariwisata.garutkab.go.id/pemukiman_tradisional/kampung-dukuh.com)
            Adapun hari-hari penting di Kampung Dukuh yaitu:
1.      Hari Sabtu yang merupakan Pelaksanaan Ziarah
2.      ReboWelasan yaitu Hari terakhir pada bulan Sapar dimana semua sumber air yang digunakan oleh masyarakat diberi jimat sebagai penolak bala dan, biasanya diwajibkan mandi untuk para penduduk Kampung Adat. 
3.      14 Maulud, Pada hari ini dipercaya adalah hari yang paling baik untuk menguji dan mencari ilmu kepada para guru dengan melakukan cebor opat puluh. 
4.      30 Bewah yaitu hari untuk menyiapkan puasa di bulan Ramadhan.

Cipatujah

Cipatujah merupakan tempat pengamatan kami yang selanjutnya. Selama perjalanan kami melewati Perkebunan karet Mira Mare yang merupakan penghasil karet ke 2 terbesar di Jawa Barat, dapat dibayangkan dengan luas perkebunan itu sekitar 5.000 hektar terbentang sepanjang Kecamatan Cibalong sampai desa Sancang, merupakan desa paling ujung yang berbatasan langsung dengan Tasikmalaya.
            Di kawasan ini terdapat bekas penambangan pasir besi.Pasir besi dari kawasan Pantai Tasikmalaya Selatan mengandung uranium, yang bisa digunakan untuk pembuatan bom nuklir dan bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Selain mengandung uranium 238, pasir besi dari pantai Tasikmalaya Selatan juga mengandung kandungan logam berat thorium 232.( dikutip dari http://saddamarafat13026.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=135 ). Alat yang digunakan untuk memisahkan pasir dengan besi digunakan alat yang bernama magnetic separator.Akan tetapi,penambangan tersebut sudah tidak dilakukan kembali. Hal  ini terbukti dengan adanya bekas penambangan yang relative sudah mulai ditinggalkan. Banyak alasan yang mendasari pemerintah menutup penambangan tersebut. Diantaranya adalah dampak negative dari penambangan tersebut yaitu :


1.      Menurunnya kualitas udara
2.      Kebisingan
3.      Menurunnya Kualitas Air
4.      Merusak pantai dan vegetasinya
5.      Rusaknya jalan raya.
6.      Tingkat polusi udara yang makin meningkat
7.      Rusaknya area persawahan atau pertanian warga.
8.      Sering rawan banjir.


Selama perjalanan kami pun melihat batuan breksi (jenis vulkanik) yang ada di daerah sekitar pantai Bubujung Indah. Batuan tersebut merupakan hasil dari proses gunung api. Di kawasan tersebut terjadi sesar yang mengakibatkan adanya patahan dan lama-kelamaan berisikan air yang kemudian menjadi rawa.Hal ini ditandai pula dengan adanya pohon nipah, yang merupakan salah satu vegetasi ciri khas daerah rawa.

tentang Pantai Santolo

Pantai Santolo terletak di Desa Santolo Kecamatan Cikelet, yang berasa di sebelah selatan pusat kota Garut. Secara Geografis Pantai Santolo berada pada 107o41’01” BT & 07o39’7”dengan ketinggian 4 m diatas permukaan laut.Terlihat banyak perahu nelayan yang berada di muara Cilautereun yang membatasi dengan pulau kecil yang berada disini. Untuk dapat menikmati Pantai yang ada di Pulau Kecil tersebut kami  menyebrang menggunakan perahu yang disiapkan oleh para nelayan  atau masyarakat sekitar untuk pengunjung yang ingin menyebrangi sungai Cilautereun. Silih berganti kami pun menyebrangi muara sungai.
           Sampai di Pulau kecil ini kami disambut dengan banyak fenomena menarik.Konon katanya Pulau Kecil ini dahulunya merupakan daratan yang terpisahkan oleh sungai Cilautereun akibat fenomena Tektonik.
Terlihat struktur lapisan dari batuan Pasir Gampingan yang berwarna hitam kecoklatan yang menandakan lapuknya batuan ini namun masih kompak.
            Menurut Fisiografi Jawa Barat ada 3 Zona karst, yaitu :  Jampang, Pengalengan dan, Karang Tunggal. Untuk di Zona Jampang diantaranya daerah sukabumi- Jampang.karst lebih dominan karena disana terdapat banyak gua-gua karst. Lalu untuk Zona Pengalengan hanya sedikit singkapan karst yang ada di daerah ini.Santolo yang merupakan lokasi pengamatan kami termasuk ke dalam Zona Karst Pengalengan sehingga tidak terlalu banyak singkapan yang kita jumpai disini.
Lokasi selanjutnya tidak jauh dari singkapan Karst dengan jarak kurang lebih 50 m kami berada di wilayah Backshore melihat tembok laut yang dibuat sebagai rekayasa pantai yang disebut Jetty .Saat pengamatan kami kebetulan adalah saat purnama besar dan juga akibat dari pemanasan global laut pun tidak bersahabat sehingga berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi masyarakat khususunya para nelayan.
Ini dia perbedaan saat pengamatan di hari pertama di pantai Santolo denga hari kedua.Terlihat bahwa di hari kedua air laut yang normal yang dipengaruhi oleh faktor cuaca di hari itu.  Dapat dilihat pula sedimentasi yang dikarenakan arus laut yang menjadi faktor abrasi pesisir
Bentukan- bentukan/ Geomorfologi Wilayah Pesisir yang dapat diamati disini antara lain Wilayah Pesisir Pantai antara lain
Pesisir Pantai  yang merupakan Zona Pasang Surut atau berdasarkan pembagian Zona Pesisir Berdasarkan Strukturnya lokasi ini merupakan Foreshore yang berada di Zona Litoral. Di kawasan ini terdapat Zona pemecah, Zona swash dan arus sepanjang pantai (longshore current) sehingga kawasan ini menerima tenaga aliran yang kuat. Sedimen-sedimen yang ada diwilayah ini kebanyakan terdiri dari material pasir seperti yang dapat diamati.Lalu Ekosistem aami yang dapat diamati yaitu koral yang ada di pantai berbatu (rocky beach) ini. (http://ferosiska.blogspot/2013.com)
Sea stack.Dapat kami amati salah satu bentukan stack ini yang merupakan tiang batu yang terpisah dari daratan yang terusun dari batuan yang resisten sehingga masih dapat bertahan dari hantaman gelombang. Fenomena stcak ini terbentuk dari proses abrasi yang awalnya merupakan relung-relung pantai. Beberapa bentukan ini merupakan fenomena yang menarik bagi pengunjung pantai Santolo ini dan juga dapat menjadi daya tarik wisata di kawasan Garut Selatan ini.Selain itu bagi masyarakat sekitar dapat merupakan sumber aktivitas ekonomi diantaranya berdagang di wilayah ini.

Setelah selesai melakukan pengamata di Pulau kecil ini kami pun kembali menaiki perahu untuk menyebrangi sungai Cilautereun dan kembali menuju basecamp kami.Naun setelah menyebrangi muara di arah barat laut dari pulau itu kami mengamati pesisir pantai yang cukup landai dengan pasir yang berwarna putih yang banyak dimanfaatkan pengunjung disini untuk bermain air.