Minggu, 27 September 2015

Mitigasi Patahan Lembang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak pada zona tumbukan tiga lempeng, lempeng pasifik, eurasia, dan Indo-Australia. Hal tersebut menganugerahkan Indonesia dengan jajaran gunungapi di sepanjang pulau di Indonesia, sehingga geodiversitasnya dan tingkat kesuburannya pun semakin tinggi. Namun di sisi lain, tingkat kebencanaan yang kemungkinan terjadi di Indonesia akan tinggi pula. Selain bencana gunungapi yang mengancam bumi Indonesia, gempa bumi dengan berbagai tingkatan skala dimungkinkan akan terjadi di wilayah Indonesia.
Bandung, berada di daerah dataran tinggi di bagian barat pulau Jawa tidak terlepas dari ancaman bencana gempa bumi dan gunung api. Salah satu patahan yang terdapat di Bandung adalah patahan lembang, membentang sepanjang 24 km di utara Bandung menjadikan wilayah lembang khususnya, dan Bandung pada umumnya memiliki keterancaman terhadap gempa bumi yang relatif tinggi. Di sisi lain, tanah Bandung dengan bekas endapan danau purba Bandung memiliki tingkat perambatan yang tinggi pula, sehingga jika terjadi gempa bumi, maka perambatan yang terjadi di bawah permukaan tanah Bandung akan semakin cepat dan dengan cepat pula menghancurkan bangunan-bangunan di daerah Bandung. Membelok ke arah barat daya, patahan lembang menyambung dengan patahan Cimandiri. Hal tersebut mengakibatkan, jika terjadi guncangan gempa di wilayah Saguling maka daerah Bandung pun akan terkena imbasnya.




Gunung batu, sebuah bukit yang terbentuk dari leleran lava dari gunungapi purba merupakan salah satu tempat yang sangat baik untuk dijadikan sebagai tempat geowisata dan kegiatan pembelajaran lapangan. Jika kita berada di gunung batu ini, sesungguhnya kita berada pada jalur patahan lembang. Dari puncak tempat ini pula, melihat ke arah utara, arah Gunung Tangkubanparahu dapat terlihat dengan jelas patahan lembang, garis lurus dari barat ke timur. Patahan Lembang ini masih aktif bergeser, dengan penurunan patahan sebesar 6 cm/tahun atau 0,16 mm/hari. Pemantauan pergerakan sesar tersebut di catat oleh seismograf yang dibangun oleh Badan Geologi di puncak dari gunung batu tersebut.


Melihat angka pergerakan patahan yang hanya 0,16 mm/hari. Sudah pasti penduduk setempat tidak akan merasakan pergerakan patahan tersebut. Namun jika suatu waktu terakumulasi dan menyebabkan gempa bumi, bukan hanya daerah Lembang yang akan terkena dampak dari gempa tersebut, namun daerah Bandung secara keseluruhan pun akan terasa dampaknya juga. Seperti pada gempa yang terjadi sekitar dua tahun yang lalu, gempa muril, gempa dengan kekuatan 3,2 SR mengguncang daerah lembang, Kampung Muril menjadi kampung yang sangat merasakan akibat dari gempa tersebut. Karena gempa 3,2 SR tersebut, sebuah rumah luluh lantah rata dengan tanah. Bayangkan, jika gempa dengan skala 6,7 (sebagai kekauatan maksimal gempa di patahan lembang) mengguncang tanah sangkuriang. Bukan hanya lembang sebagai pusat wilayah patahannya, namun Kota Bandung dengan bangunan-bangunan pencakar langitnya akan terkena dampak dari guncangan gempa tersebut.
Oleh karena itu, sangat diperlukan mitigasi untuk meminimalisir dari dampak gempa yang terjadi. Sosialisasi terhadap warga di daerah patahan lembang khususnya, dan Bandung pada umumnya sangat diperlukan, demi kenyamanan dan keamanan bersama. Sosialisasi mitigasi juga sangat diperlukan terhadap pelajar-pelajar di setiap sekolah di wilayah Bandung, selain itu kontruksi bangunan rumah ataupun bangunan lainnya seharusnya dipersiapkan untuk kontruksi tahan gempa. Hal sederhananya rangka dasar rumah seharusnya dibuat menyilang, sehingga ketika terjadi gempa, rangka silang tersebut akan menahan guncangan gempaa yang terjadi. Hal-hal demikian akan sangat membantu. Jika suatu saat terjadi gempa, maka semua pihak, baik itu pemerintah, penduduk, maupun pemilik-pemilik dunia usaha di wilayah Bandung sudah siap dan siaga jika terjadi gempa. Sehingga dampak dari gempa tersebut dapat diminimalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar